https://ruangmainan.com - Pada umumnya, anak-anak di zaman sekarang lebih banyak mengenal permainan yang menggunakan teknologi canggih, seperti robot maupun gadget.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan permainan zaman dahulu. Dahulu anak-anak memainkan permainan tradisional yang menggunakan bahan alam atau pun bahan daur ulang.
Salah satu bahan alam yang paling sering digunakan adalah biji-bijian. Terdapat beberapa permainan yang menggunakan biji sebagai media permainan.
Apakah kamu tahu apa saja nama permainan itu? Jika tidak mari simak informasinya melalui pembahasan di bawah ini.
Permainan serak biji saga ini juga kurang diketahui asal usulnya, tapi pernah populer di sekitar tahun1970- an.
Permainan ini terbilang sangat sederhana, namun membutuhkan ketangkasan. Dahulu permainan ini menggunakan biji buah saga, namun sekarang ini kamu bisa menggantikannya menggunakan batu kerikil atau pun manik-manik.
Sebelum permainan dimulai, seluruh pemain akan berunding untuk menentukan giliran pemain. Setiap anak yang akan bermain, akan diberikan beberapa biji.
Kemudian, pemain itu akan menyebarkan biji saga ke area bermain yang memiliki permukaan yang licin. Selanjutnya, ia akan menyentil salah satu biji saga dengan ujung kelingking sehingga mengenai biji saga yang lain yang sudah ditargetkan.
Apabila mengenai target, maka biji yang disentil dan biji yang tersenggol atau tergeser akibat disentil dapat menjadi milik pemain.
Setelah itu permainan dilanjutkan secara bergilir dengan pemain yang lain. Pemenang adalah yang berhasil mengumpulkan biji saga terbanyak.
Terdapat dua cara untuk memainkan permainan ini, yakni secara individu atau pun berkelompok. Hasil permainan dianggap tidak sah apabila jari terkena salah satu biji.
Permainan adu muncang atau adu kemiri adalah permainan tradisional yang populer di Sunda. Khususnya di daerag Garut, Semedang, Tasikmalaya dan sekitarnya.
Permainan ini sangat mudah dimainkan, yakni dengan cara menumpukkan dua buah muncang (kemiri) dan dijepit oleh beberapa bilah bambu.
Biasanya, kemiri yang digunakan adalah kemiri kering yang masih ada kulitnya, bukan kemiri yang telah menjadi bumbu dapur ya teman.
Kemudian, jika ada salah satu muncang yang pecah setelah dijepit, maka muncang (kemiri) tersebut dinyatakan kalah.
Pada umumnya, banyak anak-anak terlebih dahulu merendam muncang tersebut ke dalam cairan cuka. Tujuannya agar lebih kuat dan tidak mudah pecah.
Adu cilong adala salah satu permainan tradisional yang menggunakan biji pohon karet (biji cilong) dan berasal dari daerah Riau.
Cara memaikan permainan ini sangatlah mudah, kamu hanya memungut beberapa biji karet yang berjatuhan di sekitar pohonnya.
Kemudian, pilihlah salah satu biji karet yang menurut kamu paling kuat dan paling keras kulitnya. Jangan lupa untuk mengajak satu orang teman untuk main bersama.
Selanjutnya seluruh pemain akan menentukan siapa yang akan memulai permainan terlebih dulu, bisa dengan cara undian atau pun hompimpah.
Pemain yang kalah undian, harus rela cilong miliknya berada di bagian bawah pemain awal. Lalu pemain yang menang meletakkan cilongnya di atas cilong pemain yang kalah.
Kemudian kedua cilong itu akan dipukul dengan menggunakan tangan hingga cilong lawan pecah. Jika belum pecah, permainan dilanjutkan bergantian dengan cilong millik lawan.
Begitu seterusnya sampai salah satu cilong pemain ada yang pecah. Maka pemilik cilong yang tidak pecah akan dianggap sebagai pemenang.
Adu Klingsi atau klingsian merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat populer di tahun 1970 – 1980 dan menggunakan klingsi atau biji asam jawa sebagai alat utamanya.
Untuk memainkan permainan ini, maka para pemain akan mengasah biji pada benda berpermukaan kasar hingga separuh atau hingga terlihat bagian dalamnya.
Kemudian biji tersebut diusahakan untuk menempel pada pecahan kaca/keramik menggunakan beberapa cara.
Mulai dengan menggunakan tepung kanji yang sudah dimasak, getah pohon, atau putih telur, yang jelas tidak boleh menggunakan lem.
Kemudian klingsi yang sudah dianggap menelpel itu, akan diletakkan sejajar dengan klingsi pemain yang lain.
Setelah beberapa lama, maka pemilik klingsi yang paling lama menempel dianggap sebagai pemenang.
Sumbar Suru adala permainan tradisional yang berasal dari Yogyakarta. Kata “Sumbar” memiliki arti menyebar, sementara “Suru” berarti disendok.
Bahan yang perlu disiapkan untuk mamainkan permainan ini adalah daun sawo yang berukuran kecil, beserta biji sawo kecil (bisa diganti dengan biji tanjung).
Biasanya anak-anak akan memainkannya pada tepat datar yang kira-kira memiliki ukuran 40 x 40 cm, serta diikuti oleh 2-5 orang pemain.
Cara bermainnya cukup mudah, yakni pemain yang mendapatkan giliran pertama akan menyebarkan biji, kemudian menyendok biji satu persatu dengan daun sawo kecik tanpa menyentuh biji lain.
Dengan catatan, biji yang boleh disendok hanya biji yang berada di area bermain. Selain itu, pemain juga tidak boleh bergeser atau beranjak dari posisi tempat semula ia berada.
Apabila melanggar salah satu peraturan, maka pemain dianggap '"mati" atau “gagal” dan harus dilanjutkan oleh pemain berikutnya.
Pemain yang mampu menyendok biji hingga habis tanpa melanggar peraturan, maka dapat disebut sebagai pemenang.
Demikianlah informasi mengenai permainan tradisional yang menggunakan biji-bijian sebagai alat atau media untuk bermain yang dapat kalian coba.
Mari kita lestarikan permainan-permainan tradisonal yang merupakan warisan budaya negri kita dengan cara mencobanya bersama teman-temanmu, tujuannya agar tidak punah ditelan zaman.